Suara-NU.com~ Setiap
bulan-bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rojab) tiba,
Syaikh Abdul Hamid Al Qudsy selalu dijadikan rujukan para muslimin
sedunia. Hal ini karena kitab beliau, Kanzun Najah Was Surur,
merupakan kitab rujukan tentang keutamaan bulan hijriyah terlengkap dan
mendapatkan rekomendasi dari para ulama’. Ulama’ Besar Haromain pada
masanya, Syekh Yasin Ibn Isa Al Fadany memasukkan nama pengarang Kanzun Najah Was Surur
ini pada deretan nama-nama ulama’ ahli hadits paling berpengaruh di
kurun abad 19 kala itu. Dan tahukah anda, bahwa Syekh Abdul Hamid Al
Qudsy adalah putera kebanggaan ibu pertiwi yang berdarah Indonesia?
Demikian Syekh Yasin Al Fadani menyebutkan dalam sebuah kitabnya, Syarah Kifayatul Mustafid li ma ‘ala minal asanid. Wallahu A’lam.
Apa sajakah amalan yang perlu kita
kerjakan pada tanggal 10 Muharram (hari ‘Asyura)? Berikut penjelasan
dari Syekh Abdul Hamid Al Qudsy:
1. Menghidupkan malam 10 Muharrom dengan
banyak-banyak berdoa, membaca Al Qur’an, dan sholat malam. Hal ini
sangat dianjurkan oleh para ulama’, karena di malam 10 Muharram terdapat
banyak pertolongan Allah SWT.
2. Al Imam Ad Dairobi dalam Mujarrobat
menyebutkan, barangsiapa di malam 10 Muharram menyempurnakan wudlunya,
kemudian menghadap kiblat dengan duduk di atas kedua lututnya, dan
membaca ayat Kursyi sebanyak 360 kali, disertai Bismillah tiap awalnya,
setelah selesai itu semua, membacaُ
قل بفضل الله وبرحمته فبذالك فليفرحوا هو خير مما يجمعون ٤٨×
[Qul bifadlillaahi wabirohmatihi fabidzaalika falyafrohuu huwa khoirum mimmaa yajma’uun 48×].
“Katakanlah (wahai Muhammad) dengan
keutamaan dan rahmat Allah berbahagialah kalian, itu lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan.”
Kemudian mengucapkan:
اللهم ان هذه ليلة جديدة وشهر جديدة و سنة
جديدة فأعطني. اللهم خير ها و خير ما فيها واصرف عني شرها وشرما فيها وشر
فتنتها ومحدثاتها وشر النفس والهوى والشيطان الرجيم ١٢ ×
[Allahumma inna haadzihi lailatun
jadiidatun wasanatun jadiidatun fa-a’thiniy. Allahumma khoirohaa wa
khoiromaa fiihaa washrif ‘anny syarrohaa wasyarromaa fiihaa wasyarro
fitnatihaa kamu udah saat khas wasyarronnafsi wal hawa wasy
syaithoonirrojiim 12 ×]
“Yaa Allah sesungguhnya ini malam baru,
bulan baru, dan tahun baru. Maka berikan aku kebaikannya dan kebaikan
yang ada di dalamnya. Dan jauhkan dariku kejelekan nya dan kejelekan
yang ada di dalamnya, hindari dari kejelekan fitnah nya, ke jadi anak
dia di an nya, kejelekan hawa nafsu dan syaitan yang terkutuk”.
Berikutnya diakhiri dengan doa-doa
ma’tsur dalam Al Qur’an yang dikehendaki, disertai doa untuk seluruh
kaum muslimin dan muslimat. Jangan lupa sebelum berdoa, awali dengan
membaca sholawat, tasbih, dan tahlil berulang-ulang. Insyaallah dalam
setahun itu akan dijaga dari segala keburukan oleh Allah SWT.
3. Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab
Fathul Baari berkata, “Barangsiapa yang membaca kalimat berikut ini di
hari ‘asyuro, maka tidak akan mati hatinya.
سبحان الله مل ء الميزان، ومنتهى العلم، ومبلغ الرضا، وزنة العرش
والحمد لله مل ء الميزان ومنتهى العلم – ومبلغ الرضا، وزنة العرش
والله أكبر مل ء الميزان، ومنتهى العلم، ومبلغ الرضا وزنة العرش
لا ملجا ولا منجى من الله إلا إليه
سبحان الله عدد الشفع والوتر، وعدد كلمات الله التامات كلها
والحمد لله عدد الشفع والوتر، وعدد كلمات الله التامات كلها
والله أكبر عدد الشفع والوتر، وعدد كلمات الله التامات كلها
أسألك رب العالمين
4. Imam Ajhuriy berkata : “Barang siapa yang pada hari ‘asyuro membaca,
حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير ٧
[Hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal maula wani’mannashiir 7×]
حسبى الله ونعم الوكيل ونعم المولى ونعم النصير ٧٠
sebanyak 70 kali, maka Allah menjaganya dari keburukan tahun itu”.
5. Membaca do’a di bawah ini 7 x
بسم الله الرحمن الرحيم وصلى الله على
سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم سبحان الله ملء الميزان ومنتهى العلم ومبلغ
الرضا وزينة العرش لا ملجأ ولا منجا من الله إلا إليه سبحان الله عدد
الشفع والوتر وعدد كلماته التامات كلها أسألك السلامة كلها برحمتك يا أرحم
الراحمين ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم وهو حسبي ونعم الوكيل نعم
المولى ونعم النصير وصلى الله تعالى على نبينا خير خلقه سيدنا محمد وعلى
آله وصحبه وسلم أجمعين
6. Melakukan 10 ritual hari ‘Asyuro (10 Muharrom):
* Shalat 2 rakaat (dengan niat hajat meminta keselamatan)
* Puasa (‘Asyuro) Faidah : diampuni dosanya pada tahun yang telah lewat.
* Silaturrahim
* Shodaqoh
* Mandi
* Memakai celak mata
* Berkunjung pada ulama’
* Menjenguk orang sakit
* Mengusap kepala anak yatim
* Memberikan kelapangan uang belanja/ nafkah kepada keluarga.
* Memotong kuku
* Membaca surat Al Ikhlas 1000 kali.
Catatan: Syekh Abdul Hamid Al Qudsy,
pengarang kitab Kanzunnajah Wassurur mengatakan bahwa, hadits shohih
tentang hal-hal tersebut di atas hanyalah hadits puasa dan menambah
nafkah keluarganya. Selebihnya adalah hadits dlo’if dan bahkan bid’ah
hasanah para ulama’.
Referensi Dalil
Syaikh Nawawi Al Bantani, seorang ulama’
Nusantara yang menjadi Imam Masjidil Haram, Mufti Syafi’i di Makkah,
dan rujukan ulama dunia, beliau berkata:
وَنُقِلَ عَنْ بَعْضِ اْلأَفَاضِلِ أَنَّ
اْلأَعْماَلَ فِىْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ اِثْناَ عَشَرَ عَمَلًا اَلصَّلاَةُ
وَالْاَوْلَى أَنْ تَكُوْنَ صَلَاةَ التَّسْبِيْحِ وَالصَّوْمُ
وَالصَّدَقَةُ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ وَاْلِاغْتِسَالُ
وَزِيَارَةُ الْعَالِمِ اَلصَّالِحِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ وَمَسْحُ
رَأْسِ الْيَتِيْمِ وَاْلِإكْتِحَالُ وَتَقْلِيْمُ الْاَظْفَارِ
وَقِرَاءَةُ سُوْرَةِ اْلِإخْلاَصِ أَلْفَ مَرَّةٍ وَصِلَةُ الرَّحْمِ
وَقَدْ وَرَدَتْ اَلْأَحَادِيْثُ فِىْ الصَّوْمِ وَالتَّوْسِعَةِ عَلَى
الْعِيَالِ وَأَمَّا غَيْرُهُمَا فَلَمْ يَرِدْ فِىْ اْلأَحَادِيْثِ (نهاية
الزين 196)
“Dikutip dari sebagian ulama yang mulia
bahwa amal-amal (saleh) di hari ‘Asyura ada 12, yakni shalat, yang lebih
utama adalah salat Tasbih, puasa, sedekah, melapangkan belanja
keluarga, mandi, ziarah orang alim yang saleh, menjenguk orang sakit,
mengusap kepala anak yatim, bercelak, memotong kuku, membaca surat Al
Ikhlash 1000 kali, dan silaturrahim. Yang dijelaskan dalam hadits-hadits
adalah puasa dan melapangkan belanja keluarga. Sedangkan yang lainnya
tidak dijelaskan dalam hadis”. (Nihayatuz Zain hal. 196)
Puasa tanggal 10 yang disebut dengan puasa ‘Asyuro, seperti yang telah disebutkan dalam hadits :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (
هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يَكْتُبْ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ
وَأَنَا صَائِمٌ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ )
Rosulullah SAW bersabda : “Ini (10
Muharrom) adalah hari ‘Asyuro dan Allah tidak mewajibkan puasa atas
kalian dan sekarang aku berpuasa, maka siapa yang mau silahkan berpuasa
dan siapa yang tidak mau silahkan berbuka (tidak berpuasa) “ (HR.
Bukhori :1899 dan Muslim : 2653)
Dengan pahala akan diampuni dosa tahun yang lalu :
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاء، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“ Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa
hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu
tahun yang lalu “. (HR. Muslim : 2746).
Sangat dianjurkan untuk ditambah agar
bisa berpuasa di hari yang ke-Sembilan, seperti yang telah disebutkan
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ حِيْنَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ
الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas
radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan
memerintahkan (perintah sunnah) manusia untuk berpuasa, para sahabat pun
berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang
diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila datang tahun depan Insya Allah
kami akan berpuasa pada tanggal 9 (Muharram). Berkata Abdullah bin Abbas
“ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.” (HR. Muslim : 1134/2666)
Lebih bagus lagi jika ditambah hari yang ke-Sebelas seperti disebutkan dalan sebuah riwayat dari sahabat Abdullah ibn Abbas :
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاء، وَخَالِفُوا اليَهُودَ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا
“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyuro`
dan berbedalah dengan orang Yahudi, (yaitu) berpuasalah kalian sehari
sebelumnya atau sehari setelahnya”. (HR. Ibnu Khuzaimah: 2095).
Lebih dari itu berpuasa disepanjang
bulan Muharom adalah sebaik baik bulan untuk puasa seperti disebutkan
oleh Rasulullah dalam hadits yang disebutkan Imam Muslim :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ اْلمُحَرَّمِ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
”Sebaik baik puasa setelah bulan
Ramadhan adalah puasa di bulan Muharom, dan sebaik-baiknya sholat
setelah sholat fardhu adalah Sholat malam” (HR. Muslim No: 2755).
Mengenai
puasa ‘Asyura haditsnya seperti yang telah kami terangkan di point
pertama di atas. Sedangkan hadits ‘melapangkan belanja (nafkah) adalah
sebagai berikut:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ فِى يَوْمِ
عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ السَّنَةَ كُلَّهَا (رواه الطبرانى
والبيهقى وأبو الشيخ)
”Barangsiapa melapangkan belanja kepada
keluarganya di hari Asyura’, maka Allah melapangkan kepadanya selama
setahun, keseluruhan”. (HR Thabarani, al Baihaqi, dan Abu Syaikh)
Status hadits ini dikuatkan oleh banyak
ulama seperti dari Mufti Universitas Al Azhar Mesir yang mengutip dari
al Hafidz as Suyuthi:
وَقَالَ الْبَيْهَقِى إِنَّ أَسَانِيْدَهُ
كُلَّهَا ضَعِيْفَةٌ ، وَلَكِنْ إِذَا ضُمَّ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ
أَفَادَ قُوَّةً ، قَالَ الْعِرَاقِى فِى أَمَالِيْهِ : لِحَدِيْثِ أَبِى
هُرَيْرَةَ طُرُقٌ صَحَّحَ بَعْضَهَا ابْنُ نَاصِرٍ الْحَافِظُ ،
وَأَوْرَدَهُ ابْنُ الْجَوْزِى فِى الْمَوْضُوْعَاتِ . وَذَلِكَ لأَنَّ
سُلَيْمَانَ بْنَ أَبِى عَبْدِ اللهِ الرَّاوِى عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
مَجْهُوْلٌ ، لَكِنْ جَزَمَ الْحَافِظُ فِى تَقْرِيْبِهِ بِأَنَّهُ
مَقْبُوْلٌ ، وَذَكَرَهُ ابْنُ حِبَّانَ فِى الثِّقَاتِ وَاْلحَدِيْثُ
حَسَنٌ عَلَى رَأْيِهِ . قَالَ الْعِرَاقِى : وَلَهُ طُرُقٌ عَنْ جَابِرٍ
عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ أَخْرَجَهَا ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ فِى
“اْلاِسْتِيْعَابِ ” وَهِىَ أَصَحُّ طُرُقِهِ . (فتاوى الأزهر –ج 9 / ص
256)
”Al Baihaqi berkata: Sanad hadis ini
secara keseluruhan adalah dlaif. Namun jika diakumulasikan maka menjadi
kuat. Al ‘Iraqi berkata dalam al Amali: Hadis Abu Hurairah memiliki
banyak jalur riwayat yang sebagiannya disahihkan oleh al Hafidz Ibnu
Nashir. Dan Ibnu al Jauzi memasukkan dalam kitab al-Maudlu’at. Sebab
Sulaiman bin Abi Abdillah seorang perawi dari Abu Hurairah adalah
majhul. Namun al-Hafidz Ibnu Hajar secara tegas menyatakan dalam kitab
Taqribnya bahwa ia perawi yang diterima. Ibnu Hibban memasukkannya dalam
Ats Tsiqat. Maka hadis ini adalah hasan menurutnya. Al ‘Iraqi berkata:
Hadis ini memiliki riwayat lain dari Jabir sesuai syarat Muslim yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam al-Isti’ab. Dan ini adalah
riwayat yang paling sahih”
Al Hafidz Ibnu Hajar menambahkan riwayat berikut sebagai lanjutan hadits di atas:
قَالَ جَابِرٌ جَرَّبْنَاهُ فَوَجَدْنَاهُ
كَذَلِكَ وَقَالَ أبُوْ الزُّبَيْرِ: مِثْلَهُ وَقَالَ شُعْبَةٌ: مِثْلَهُ
وَشُيُوْخُ ابْنِ عَبْدِ الْبَرِّ الثَّلاَثَةِ مُوَثَّقُوْنَ
وَشَيْخُهُمْ مُحَمَّدُ بْنُ مُعَاوِيَةَ هُوَ ابْنُ اْلأَحْمَرِ رَاوِي
السُّنَنِ عَنِ النَّسَائِي وَثَّقَهُ ابْنُ حَزْمٍ وَغَيْرُهُ (لسان
الميزان – ج 2 / ص 293)
”Jabir berkata: Kami mencobanya maka
kami menemukannya seperti itu (diluaskan rezekinya). Abu Zubair dan
Syu’bah berkata demikian. Guru-guru Ibnu Abdil Barr yang tiga dinilai
terpercaya. Guru mereka Muhammad bin Muawiyah adalah Ibnu al-Ahmar
perawi sunan dari Nasai, yang dinilai tsiqah oleh Ibnu Hazm dan lainnya”
(Lisan al-Mizan 2/293)
Mengapa sebagian ulama Syafi’iyah
menganjurkan 10 amal di atas dilakukan pada 10 Muharram? Sebab para
sahabat sudah melakukan amal-amal saleh di bulan-bulan mulia, dan 10
Muharram termasuk di dalamnya:
وَذَكَرْنَا عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ الْعَمَلَ الصَّالِحَ وَاْلأَجْرَ فِي هَذِهِ
الْحُرُمِ أَعْظَمُ … وَقَدْ كَانَ كَثِيْرٌ مِنَ السَّلَفِ يَصُوْمُ
اْلأَشْهُرَ الْحُرُمَ كُلَّهَا رُوِيَ ذَلِكَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ
وَالْحَسَنَ الْبَصْرِي وَأَبِي إِسْحَاقَ السَّبِيْعِي وَقَالَ سُفْيَانُ
الثَّوْرِي : اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ يُصَامَ مِنْهَا
(لطائف المعارف –ج 1 / ص 279)
“Telah kami sebutkan dari Abdullah bin
‘Abbas bahwa amal shaleh dan pahala di bulan-bulan mulia ini sangatlah
agung. Dan sungguh banyak ulama Salaf berpuasa di bulan-bulan mulia
tersebut, kesemuanya, yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Hasan Al Bashri,
dan Abu Ishaq As Sabii. Sufyan Ats Tsauri berkata: Bulan-bulan mulia
lebih saya senangi untuk melakukan puasa darinya” (al-Hafidz Ibnu Rajab,
Lathaif al-Ma’arif, 1/279).
Saudaraku yang kumuliakan, marilah kita
berdoa, semoga Allah SWT berkenan menolong kita untuk bisa memuliakan
segala hal yang dimuliakan-Nya, seperti empat bulan yang mulia ini.
Harapan kita semua, semoga Allah SWT meridloi dan menerima semua amal
ibadah kita, dan mengampuni semua kesalahan dan dosa kita. Semoga Allah
SWT berkenan meninggikan derajat kita di sisi-Nya, dan menempatkan kita
kelak bersama Rasulullah SAW di surga-Nya…aamiin.
والله اعلم. سبحانك اللهم و بحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك و اتوب اليك.
Diambil dari berbagai sumber:
– Syaikh Abdul Hamid Al Qudsy (Kanzun Najah Wassurur)
– Al Hafidz Ibnu Hajar (Fathul Baari)
– Al Imam Addairobi (Mujarrobat)
– Syaikh Yahya Zainal Ma’arif
– Syaikh Idrus Ramli
– Syaikh Ma’ruf Khozin
– Syaikh Kanthongumur
“Wahai para ulama’ yang fanatik terhadap madzhab-madzhab atau terhadap suatu pendapat, tinggalkanlah kefanatikanmu terhadap perkara-perkara furu’, dimana para ulama telah memiliki dua pendapat yaitu; setiap mujtahid itu benar dan pendapat satunya mengatakan mujtahid yang benar itu satu akan tetapi pendapat yang salah itu tetap diberi pahala.
Tinggalkanlah fanatisme dan hindarilah jurang yang merusakkan ini (fanatisme). Belalah agama Islam, berusahalah memerangi orang yang menghinal al-Qur’an, menghina sifat Allah dan perangi orang yang mengaku-ngaku ikut ilmu batil dan akidah yang rusak. Jihad dalam usaha memerangi (pemikiran-pemikiran) tersebut adalah wajib”
(KH. Hasyim Asy'ari, al-Tibyan fi al-Nahyi ‘an Muqatha’ati al-Arham wa al-‘Aqarib wa al-Ikhwan, 33)
Sumber: http://suara-nu.com/?p=1347
No comments:
Post a Comment